Minggu, 26 September 2010

Enzim

Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi.

Berdasarkan strukturnya, enzim terdiri atas komponen yang disebut apoenzim yang berupa protein dan komponen lain yang disebut gugus prostetik yang berupa nonprotein. Gugus prostetik dibedakan menjadi koenzim dan kofaktor. Koenzim berupa gugus organik yang pada umumnya merupakan vitamin, seperti vitamin B1, B2, NAD+ (Nicotinamide Adenine Dinucleotide). Kofaktor berupa gugus anorganik yang biasanya berupa ion-ion logam, seperti Cu2+, Mg2+, dan Fe2+. Beberapa jenis vitamin seperti kelompok vitamin B merupakan koenzim. Jadi, enzim yang utuh tersusun atas bagian protein yang aktif yang disebut apoenzim dan koenzim, yang bersatu dan kemudian disebut holoenzim.
Bagan Perbedaan Teori Kerja Enzim, klik disini untuk bagan yang lebih besar.Enzim bekerja dengan dua cara, yaitu menurut Teori Kunci-Gembok (Lock and Key Theory) dan Teori Kecocokan Induksi (Induced Fit Theory). Menurut teori kunci-gembok, terjadinya reaksi antara substrat dengan enzim karena adanya kesesuaian bentuk ruang antara substrat dengan situs aktif (active site) dari enzim, sehingga sisi aktif enzim cenderung kaku. Substrat berperan sebagai kunci masuk ke dalam situs aktif, yang berperan sebagai gembok, sehingga terjadi kompleks enzim-substrat. Pada saat ikatan kompleks enzim-substrat terputus, produk hasil reaksi akan dilepas dan enzim akan kembali pada konfigurasi semula. Berbeda dengan teori kunci gembok, menurut teori kecocokan induksi reaksi antara enzim dengan substrat berlangsung karena adanya induksi substrat terhadap situs aktif enzim sedemikian rupa sehingga keduanya merupakan struktur yang komplemen atau saling melengkapi. Menurut teori ini situs aktif tidak bersifat kaku, tetapi lebih fleksibel. (lihat bagan)

Sebagai katalis dalam reaksi-reaksi di dalam tubuh organisme, enzim memiliki beberapa sifat, yaitu:
1. Enzim adalah protein, karenanya enzim bersifat thermolabil, membutuhkan pH dan suhu yang tepat.
2. Enzim bekerja secara spesifik, dimana satu enzim hanya bekerja pada satu substrat.
3. Enzim berfungsi sebagai katalis, yaitu mempercepat terjadinya reaksi kimia tanpa mengubah kesetimbangan reaksi.
4. Enzim hanya diperlukan dalam jumlah sedikit.
5. Enzim dapat bekerja secara bolak-balik.
6. Kerja enzim dipengaruhi oleh lingkungan, seperti oleh suhu, pH, konsentrasi, dan lain-lain.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kerja enzim diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Suhu
Enzim tidak dapat bekerja secara optimal apabila suhu lingkungan terlalu rendah atau terlalu tinggi. Jika suhu lingkungan mencapai 0° C atau lebih rendah lagi, enzim tidak aktif. Jika suhu lingkungan mencapai 40° C atau lebih, enzim akan mengalami denaturasi (rusak). Suhu optimal enzim bagi masing-masing organisme berbeda-beda. Untuk hewan berdarah dingin, suhu optimal enzim adalah 25° C, sementara suhu optimal hewan berdarah panas, termasuk manusia, adalah 37° C.

2. pH (Tingkat Keasaman)
Setiap enzim mempunyai pH optimal masing-masing, sesuai dengan "tempat kerja"-nya. Misalnya enzim pepsin, karena bekerja di lambung yang bersuasana asam, memiliki pH optimal 2. Contoh lain, enzim ptialin, karena bekerja di mulut yang bersuasana basa, memiliki pH optimal 7,5-8.

3. Aktivator dan Inhibitor
Aktivator adalah zat yang dapat mengaktifkan dan menggiatkan kerja enzim. Contohnya ion klorida, yang dapat mengaktifkan enzim amilase.
Inhibitor adalah zat yang dapat menghambat kerja enzim. Berdasarkan cara kerjanya, inhibitor terbagi dua, inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif. Inhibitor kompetitif adalah inhibitor yang bersaing aktif dengan substrat untuk mendapatkan situs aktif enzim, contohnya sianida bersaing dengan oksigen dalam pengikatan Hb. Sementara itu, inhibitor nonkompetitif adalah inhibitor yang melekat pada sisi lain selain situs aktif pada enzim, yang lama kelamaan dapat mengubah sisi aktif enzim.

4. Konsentrasi enzim dan substrat
- Semakin tinggi konsentrasi enzim akan semakin mempercepat terjadinya reaksi. Dan konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi.
- Jika sudah mencapai titik jenuhnya, maka konsentrasi substrat berbanding terbalik dengan kecepatan reaksi.

Dewasa ini, enzim adalah senyawa yang umum digunakan dalam proses produksi. Enzim yang digunakan pada umumnya berasal dari enzim yang diisolasi dari bakteri. Penggunaan enzim dalam proses produksi dapat meningkatkan efisiensi yang kemudian akan meningkatkan jumlah produksi.

A ENZIM

gambar:Enzim.jpg

        Beberapa reaksi imia dalam tubuh mahluk hidup terjadi sangat cepat. Hal ini terjadi karena adanya suatu zat yang membantu proses tersebut. Bila zat ini tidak ada ada maka proses – proses tersebut akan terjadi lambat atau tidak berlangsung sama sekali. Zat tersebut dikenal dengan nama fermen atau enzim.
Enzim adalah bio katalisator , yang artinya dapat mempercepat reaksi – reaksi biologi tanpa mengalami perubahan struktur kimia.
        Menurut kuhne (1878), enzim berasal dari kata in + zyme yang berarti sesuatu didalam ragi.
Berdasarkan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa enzim adalah suatu protein yang berupa molekul – molekul besar, yang berat molekulnya adalah ribuan. Sebagai contoh adalah enzim katalase berat molekulnya 248.000 sedang enzim urese beratnya adalah 438.000.
        Pada enzim terdapat bagian protein yang tidak tahan panas yaitu disebut dengan apoenzim, sedangkan bagian yang bukan protein adalah bagian yang aktif dan diberi nama gugus prostetik, biasanya berupa logam seperti besi, tembaga , seng atau suatu bahan senyawa organic yang mengandung logam.
Apoenzim dan gugus prostetik merupakan suatu kesatuan yang disebut holoenzim, tetapi ada juga bagian enzim yang apoenzim dan gugus prospetiknya tidak menyatu. Bagian gugus prostetik yang lepas kita sebut koenzim, yang aktif seperti halnya gugus prostetik.
Contoh koenzim adalah vitamin atau bagian vitamin (misalnya : vitamin B1, B2, B6, niasin dan biotin).



1. Cara kerja enzim

     Ada dua cara kerja enzim , yautu model kunci gembok dan induksi pas.
a. Model kunci gembok (block and key)
Enzim dimisalkan sebagai gembok karena memiliki sebuah bagian kecil yang dapat berikatan dengan substrat . bagian tersebut disebut sisi aktif.
Substrat dimisalkan sebagai kunci karena dapat berikatan secara pas dengan sisi aktif enzim (gembok).
b. Induksi pas (model induced fit)
Pada model ini sisi aktif enzim dapat berubah bentuk sesuai dengan bentuk substratnya.
          gambar:metabolisme.jpggambar:Enzyme3.jpg


2. Factor – factor yang mempengaruhi kerja enzim


Factor – factor tersebut diantaranya:



a. Temperatur

Karena enzim tersusun dari protein, maka enzim sangat peka terhadap temperature. Temperature yang terlalu tinggi dapat menyebabkan denaturasi protein. Temperature yang terlalu rendah dapat menghambat reaksi. Pada umumnya temperatur optimum enzim adalah 30 – 400C.
Kebanyakan enzim tidak menunjukkan reaksi jika suhu turun sampai 00c , namun enzim tidak rusak, bila suhu normal maka enzim akan aktif kembali . enzim tahan pada suhu rendah, namun rusak diatas suhu 500c.
gambar:temperatur1.jpg


b. Prubahan pH

       Enzim juga sangat terpengaruh oleh pH. Perubahan pH dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada sisi aktif enzim sehingga menghalangi sisi aktif berkombinasi dengan substratnya. pH optimum yang diperlukan berbeda – beda tergantung jenis enzimnya.




c. Konsentrasi enzim dan substrat

      Agar reaksi berjalan optimum, maka perbandingan jumlah antara enzim dan zubstrat harus sesuai. Jika enzim terlalu sedikit dan substrat terlalu banyak reaksi akan berjalan lambat bahkan ada substrat yang tidak terkatalisasi . semakin banyak enzim, reaksi akan semakin cepat.

gambar:grafik pengaruh1.jpggambar:grafik1.jpg                                                      

3. Inhibitor Enzim

       Seringkali enzim dihambat leh suatu zat yang disebut inhibitor, ada dua jenis inhibitor yaitu sebagai berikut:


a. Inhibitor kompetitif.

      Pada penghambatan ini zat – zat penghambat mempunyai struktur yang mirip dengan struktur substrat. Dengan demikian baik substrat maupun zat penghambat berkompetisi atau bersaing untuk bersatu dengan sisi aktif enzim , jka zat penghambat lebih dulu berikatan dengan sisi aktif enzim , maka substratnya tidak dapat lagi berikatan dengan sisi aktif enzim.



b. Inhibitor nonkompetitif

      Pada penghambatan ini, substrat sudah tidak dapat berikatan dengan kompleks enzim- inhibitor, karena sisi aktif enzim berubah.
gambar:no.jpg





4. Nomenklatur dan klasifikasi enzim

      Enzim diberi nama dengan menambahkan akhiran ase terhadap nama substrat yang diubah oleh enzim tersebut, misalnya enzim maltase menjadi glukosa; enzim yang mengubah lemak (lipid) adalah lipase; enzim – enzim yang mengadakan perubahan karbohidrat merupakan kelompok karbohidrase.


Berdasarkan peristiwa – peristiwa yang terjadi didalam suatu reaksi



maka enzim dapat digolongkan menjadi golongan berikut:
a. Golongan Hidrolase,

   yaitu enzim yang dengan penambahan air atau dengan adanya air dapat mengubah suatu substrat menjadi hasil akhir, misalnya karboksilase, protese dan lipase.


b. Golongan Desmolase,

   yaitu enzim yang dapat memecah ikatan C – C atau C – N , contohnya enzim – enzim peroksidase, dehidrogenase, katalase, karboksilase dan transaminase.
Dengan berkembangnya ilmu generika dan dilakukannya berbagai percobaan di bidang ini, dapat dibuktikan bahwa pembentukan enzim atau kelompok enzim diatur oleh gen atau keompok gen dalam kromosom. George beadle dan Edward tatum mendapat hadiah nobel pada tahun 1958 dalam menemukan gen – gen pengandali sintesis protein dan enzim, yang disimpulkan dalam suatu teori “one gene one enzyme”.
    Sifat – sifat Enzim :
1) Sebagai bio katalisator :
- mempengaruhi kecepatan reaksi kimia, tanpa ia sendiri mengalami perubahan kimia yang bersifat permanen.
- jumlah tidak perlu banyak
2) Bersifat spesifik , artinya suatu enzim hanya aktif pada substrat tertentu.
3) Dipengaruhi suhu :
- suhu maksimum
- suhu optimum ±400C
- suhu minimum
4) dipengaruhi pH , suatu ezim hanya aktif pada pH tertentu saja
5) dapat diluar dan didalam sel.







Fisika

Fisika ?? Gampang…

albert einsteintidak terasa saya telah lulus sma, dan sekarang sedang menunggu hasil test UM UPI. * minta doa nya yaa.. semoga diberikan yang terbaik oleh-Nya dan saya bisa menerimanya dengan lapang dada*..
mengingat masa-masa SMA kemarin, saya jadi kangen sama FISIKA, pelajaran yang ditakuti sejuta siswa.
namun suka ga suka, kita harus belajar FISIKA kan ?? *kecuali anak IPS. hhe*
guru FISIKA saya, Bapak Edi pernah bilang ” Bohong kalau FISIKA tidak perlu menghafal rumus”
naah dari sana aku tergerak  untuk menolong adik-adik kelas saya.. khususnya untuk mempermudah menghafal rumus-rumus fisika
silahkan download adik-adikku sayang.. Semangat yaaah !! Taklukan FISIKA dan jadikan ia teman baik.. dia teman yang  menyenangkan ko kalau kita bisa menaklukannya.. ^^.
kumpulan_rumus_Fisika_SMA

Percobaan tentang Enzim

  I. TEORI SINGKAT
       Enzim adalah protein yang berperan sebagai katalis dalam metabolisme makhluk
hidup. Enzim berperan untuk mempercepat reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup, tetapi enzim itu sendiri tidak ikut bereaksi.
Enzim terdiri dari apoenzim dan gugus prostetik. Apoenzim adalah bagian enzim yang tersusun atas protein. Gugus prostetik adalah bagian enzim yang tidak tersusun atas protein. Gugus prostetik dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu koenzim (tersusun dari bahan organik) dan kofaktor (tersusun dari bahan anorganik).
Enzim diberi nama dengan tambahan -ase dibelakangnya (tidak semua enzim), misalkan enzim maltase,lipase dan karboksilase. Berdasarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu reaksi maka enzim dapat digolongkan menjadi beberapa golongan:
  1. Golongan Hidrolase,yaitu enzim yang dengan penambahan air (adanya air) dapat mengubah suatu substrat menjadi hasil akhir.Misalnya karboksilase,protease dan lipase.
  2. Golongan Desmolase,yaitu enzim yang dapat memecahkan ikatan C-C atau C-N. Contohnya enzim-enzim peroksidase,dehidrogenase,katalase dan karboksilase.
Sifat-sifat enzim adalah sebagai berikut
  1. Biokatalisator
Enzim mempercepat laju reaksi, tetapi tidak ikut bereaksi.
  1. Termolabil
Enzim mudah rusak bila dipanaskan sampai dengan suhu tertentu.
  1. Merupakan senyawa protein
  2. Bekerja secara spesifik
Satu jenis enzim bekerja secara khusus hanya pada satu jenis substrat. Misalnya enzim katalase menguraikan Hidrogen peroksida (H2O2) menjadi air (H2O) dan oksigen (O2), sedangkan enzim lipase menguraikan lemak + air menjadi gliserol + asam lemak.
Ada dua teori yang menjelaskan mengenai cara kerja enzim yaitu:
  1. Teori kunci dan gembok
    Teori ini diusulkan oleh Emil Fischer pada 1894. Menurut teori ini, enzim bekerja sangat spesifik. Enzim dan substrat memiliki bentuk geometri komplemen yang sama  persis sehingga bisa saling melekat.
    1. Teori ketepatan induksi
Teori ini diusulkan oleh Daniel Koshland pada 1958. Menurut teori ini, enzim tidak merupakan struktur yang spesifik melainkan struktur yang fleksibel. Bentuk sisi aktif  enzim hanya menyerupai substrat. Ketika substrat melekat pada sisi aktif enzim, sisi aktif enzim berubah bentuk untuk menyerupai substrat.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kerja enzim, yaitu :
  1. Suhu
Semakin tinggi suhu, kerja enzim juga akan meningkat. Tetapi ada batas maksimalnya.Untuk hewan misalnya, batas tertinggi suhu adalah 40ºC. Bila suhu di atas 40ºC, enzim tersebut akan menjadi rusak. Sedangkan untuk tumbuhan batas tertinggi suhunya adalah 25ºC.
  1. Ph
Pengaruh pH terhadap suatu enzim bervariasi tergantung jenisnya. Ada enzim yang  bekerja secara optimal pada kondisi asam. Ada juga yang bekerja secara optimal pada kondisi basa.
  1. Konsentrasi substrat
Semakin tinggi konsentrasi substrat, semakin meningkat juga kerja enzim tetapi akan  mencapai titik maksimal pada konsentrasi tertentu.
  1. Konsentrasi enzim
Semakin tinggi konsentrasi enzim, semakin meningkat juga kerja enzim.
  1. Adanya aktivator
Aktivator merupakan zat yang memicu kerja enzim.
  1. Adanya inhibitor
Inhibitor merupakan zat yang menghambat kerja enzim.
II. TUJUAN
Mengetahui pengaruh enzim terhadap kecepatan reaksi kimia.
III. ALAT DAN BAHAN
  1. Tabung reaksi sebanyak 4 buah
  2. Hidrogen Peroksida (H2O2)
  3. Hati sapi, jantung sapi, dan ginjal sapi 50 gram
  4. Lampu Spiritus
  5. Batang sapu lidi
IV. LANGKAH KERJA
  1. Membuat rangkaian percobaan seprti tampak pada gambar.
  1. Amati gelembung gas oksigen yang timbul dan bandingkan reaksi yang terjadi pada larutan dalam keempat gelas tersebut.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari percobaan tersebut, kami memperoleh data-data sebagai berikut :
Tabung Reaksi Banyaknya Buih Nyala Api
1 Banyak Besar dan lama
2 Cukup banyak Besar dan sebentar
3 Sedikit Besar dan sebentar
4 Tidak ada Tidak ada
Keterangan       :1. Hati sapi + H2O2
2. Ginjal sapi + H2O2
3. Jantung sapi + H2O2
4. H2O2
Dari data di atas, dapat kita ketahui bahwa enzim bekerja pada substrat yang spesifik dan banyaknya produk dari reaksi yang dikatalisis enzim tersebut bergantung pada banyaknya substrat.
Enzim yang berperan dalam percobaan ini adalah enzim katalase yang banyak terdapat dalam sel-sel hati dan dalam jumlah normal terdapat dalam sel. Dan yang berperan sebagai substrat ialah senyawa  H2O2 yang banyak terdapat dalam sel-sel hati dan juga di sel-sel dari beberapa organ lainnya. H2O2 itu sendiri merupakan senyawa sampingan yang dihasilkan dari metabolisme sel. H2O2 merupakan racun yang dapat mematikan sel yang memproduksinya, oleh karena itu dibutuhkanlah enzim untuk menguraikan senyawa tersebut menjadi tidak beracun. Enzim pengurai H2O2 lazim disebut dengan enzim katalase.
H2O2 akan diuraikan menjadi H2O dan O2 oleh enzim katalase . Reaksi kimia nya adalah sebagai berikut :
2 H2O2                           2 H2O  +  O2
Hal itu dapat dibuktikan dengan percobaan yang telah kami lakukan sebelumnya. Dari gambar yang kami ambil pada saat percobaan, terlihat bahwa ketika hati sapi, ginjal sapi serta jantung sapi dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi H2O2 akan diperoleh buih (gelembung) yang merupakan H2O. Dan, ketika batang lidi yang sedang membara di masukan ke mulut tabung reaksi, maka akan timbul api yang menunjukkan bahwa dari reaksi tersebut dihasilkan oksigen.
Percobaan yang kami lakukan memerlukan 4 tabung reaksi yang isinya berbeda. Tabung reaksi pertama berisi hati sapi dan H2O2, tabung reaksi kedua berisi ginjal sapi dan H2O2, tabung reaksi ketiga berisi jantung sapi dan H2O2, serta tabung reaksi keempat hanya berisi H2O2.. Tabung reaksi pertama, kedua, dan ketiga bereaksi, sedangka tabung reaksi keempat tidak mengalami perubahan. Hal ini disebabkan karena enzim hanya akan bekerja jika substrat ada. Dalam tabung reaksi keempat hanya berisi H2O2 yang merupakan substrat, sehingga tidak terjadi reaksi apapun.
Banyaknya buih dan besarnya nyala api yang dihasilkan dari setiap tabung reaksi adalah berbeda. Dapat kita lihat tabel pada halaman bahwa tabung reaksi yang berisi hati sapi + H2O2menghasilkan buih paling banyak dan nyala api paling besar kemudian diikuti tabung reaksi yang berisi ginjal sapi + H2O2 , kemudian tabung reaksi yang berisi jantung sapi + H2O2 , dan yang terakhir tabung reaksi yang berisi H2O2 yang tidak menghasilkan buih maupun nyala api karena tidak terjadi reaksi.
Hal tersebut menunjukkan perbedaan banyaknya enzim yang terkandung (dalam hal ini enzim katalase) dalam organ hati, ginjal dan jantung sapi. Semakin banyak buih yang dihasilkan dan semakin besar nyala api, itu berarti semakin banyak pula enzim katalase yang dikandung dalam organ tersebut. Hasil percobaan menunjukkan bahwa hati sapi mengandung paling banyak mengandung enzim katalase, diikuti ginjal sapi dan jantung sapi. Ini dikarenakan hati adalah organ yang bekerja sebagai penawar racun yang artinya hati akan memproduksi banyak enzim katalase sebagai enzim yang akan menguraikan H2O2 yang merupakan senyawa hasil sampingan  dari metabolisme sel-selnya dan juga racun yang datang dan masuk ke dalam tubuh.

Selasa, 21 September 2010

Kecerdasan IMAM ASY-SYAFI’I Rahimahullah

  Dibawah ini adalah beberapa riwayat yang menunjukkan kecerdasan Imam Asy-Syafi’I rahimahullah yang sangat di sanjung oleh para ulama yang lainnya…
  Dari Ubaid bin Muhammad bin Khalaf Al-Bazzar, dia berkata, “Ketika Abu Tsaur ditanya tentang siapa yang lebih pandai antara Imam Asy-Syafi’I dan Muhammad bin Al-Hasan, maka ia menjawab bahwa Imam Asy-Syafi’I lebih pandai dari pada Muhammad, Abu Yusuf, Abu Hanifah, Hammad, Ibrahim, Al-Qamah dan Al-Aswad.
Ahmad bin Yahya memberitahukan bahwa Al-Humaidi berkata, “Aku telah mendengar dari Sayyid Al-Fuqaha’, yaitu Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i.”
Sedang Ar-Rabi’ berkata, “Aku pernah mendengar Al-Humaidi dari Muslim bin Khalid, ia berkata kepada Imam Asy-Syafi’I, “Wahai Abu Abdillah, berfatwalah. Aku bersumpah demi Allah, sesungguhnya kamu sekarang sudah berhak mengeluarkan fatwa.” Padahal Imam Asy-Syafi’I pada saat itu baru berusia lima belas tahun.”
Dari Harmalah bin Yahya, ia berkata, “ Aku telah mendengar Imam Asy-Syafi’I ditanya tentang seorang suami yang berkata kepada isterinya yang pada saat itu dimulutnya terdapat sebiji korma, “Jika kamu makan korma itu, maka kamu aku talak (cerai), dan apabila kamu memuntahkannya, maka kamu juga aku talak (cerai),” maka Imam Syafi’I menjawab, “Makan separoh dan muntahkanlah separohnya.”
Al-Muzni berkata, “Ketika Imam Asy-Syafi’I ditanya tentang burung unta yang menelan mutiara milik orang lain, maka dia menjawab, “Aku tidak menyuruhnya untuk menelannya. Kalau pemilik mutiara ingin mengambil mutiara itu, maka sembelih dan keluarkan mutiara itu dari perutnya, lalu dia harus menebus burung unta tersebut dengan harga antara burung itu hidup dan sudah disembelih.”
Ma’mar bin Syu’aib berkata, “Aku mendengar Amirul Mukminin Al-Makmun bertanya kepada Muhammad bin Idris Asy-Syafi’I, ia berkata, “Wahai Muhammad, apa illatnya Allah menciptakan lalat?”
Mendengar pertanyaan itu, Imam Asy-Syafi’I terdiam sesaat, lalu dia menjawb, “Wahai Amirul Mukminin, lalat itu diciptakan untuk menghinakan para raja.”
Dengan seketika, Al-Makmun tertawa terbahak-bahak. Lalu ia berkata, “Wahai Muhammad, aku telah melihat lalat jatuh ketika ada di pipiku” sehingga Imam Asy-Syafi’I membalasnya dengan berkata, “Benar tuanku. Sebenarnya ketika tuanku menanyakan hal tersebut kepadaku, akau tidak mempunyai jawabannya. Ketika aku melihat lalat itu jatuh tanpa ada suatu sebab dari pipi tuanku tersebut, maka aku baru menemukan jawabannya.”
Kemudian Al-Makmun berkata, “Wahai Muhammad, segalanya adalah kekuasaan Allah.”
Ibrahim bin Abi Thalib Al-Hafidz berkata, “Aku bertanya kepada Abu Qudamah As-Sarkhasi tentang Imam Asy-Syafi’I, Imam Ahmad, Abu Ubaid dan Ibnu Rahawaih, maka dia menjawab, “Imam Asy-Syafi’I adalah orang yang paling cerdas diantara mereka semua.”
Ar-Rabi’ berkata, “Pada suatu hari ketika aku sedang bersama Imam Asy-Syafi’I, seseorang datang dan bertanya, “Wahai guru, apa pendapatmu tentang orang yang sedang bersumpah, “Apabila dalam sakuku terdapat ‘banyak uang dirham’ lebih dari tiga dirham, maka budakku merdeka. “Sedangkan dalam saku orang yang bersumpah tesebut hanya terdapat uang sebanyak empat dirham saja. Apakah orang itu harus memerdekakan budaknya?” maka dia menjawab, “Ia tidak wajib memerdekakan budaknya.”
Ketika penanya minta penjelasan lebih lanjut, maka Imam Asy-Syafi’I berkata, “Orang tersebut telah mengecualikan sumpahnya dengan ‘banyak dirham’, sedangkan empat dirham itu mempunyai kelebihan satu dari tiga dirham yang disumpahkan. Satu dirham bukanlah ‘banyak dirham’ sebagaimana yang dimaksudkan dalam sumpahnya.
Mendengar penjelasan ini, maka penanya kemudian berkata, “Aku beriman kepada Dzat yang telah memberikan ilmu melalui lisanmu.”
Sumber: dinukil dari kitab “Min A’lamis Salaf” karya, Syaikh Ahmad Farid, edisi indonesia : “60 Bigrafi Ulama Salaf” cet. Pustaka Azzam, hal : 371-372.
Oleh : Abu Thalhah Andri Abdul Halim.

AS-SIRRI AS-SAQATHI (Membebaskan Gurunya Dari Belenggu Kebodohan)

As-Sirri bin al-Mughlis membacakan ayat, "Dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke Neraka jahannam dalam keadaan dahaga." (Maryam: 86) dihadapan gurunya, lalu ia bertanya, "Ustadz, siapakah yang dimaksud orang yang dahaga dalam ayat itu?" Sang guru menjawab, "Saya tidak tahu."
Kemudian ia meneruskan membaca ayat, "Mereka tidak berhak mendapat syafaat kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Allah yang Maha Penyayang." (Maryam: 87). lalu bertanya, "Wahai ustadz, apa yang dimaksud dengan perjanjian dalam ayat tersebut?" Al-Ustadz menjawab, "Aku tidak tahu!"
Seketika itu as-Sirri menghentikan bacaannya, lalu berkata, "Kenapa ustadz tidak mengetahui jawaban pertanyaanku itu? Artinya engkau menipu orang?" Sang ustadz pun memukulnya. As-Sirri berkata, "Ustadz, tidak cukupkah kebodohan dan tipuan yang engkau lakukan, sehingga engkau menambahnya dengan kezhaliman dan menyakiti orang?"
Dari peristiwa ini, sang ustadz dapat mengambil pelajaran dan bertaubat kepada Allah atas kesalahannya dalam menyampaikan pengajaran. Beliau mulai giat lagi belajar, bahkan beliau berkata bahwa as-Sirri adalah yang membebaskannya dari belenggu kebodohan.
Di usianya yang masih muda ketika ia sudah hafal surat as-Sajdah ayat 16, "Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya," dia tidak mau meletakkan lambungnya di atas tanah untuk tidur. Seringkali Ibunya menaruh bantal-bantal di sebelah kanan, kiri dan belakangnya. Jika anaknya mengantuk ibunyalah yang memeganginya.
Sumber : Anba’ Nujabail Abna’, hal. 192

KARENA MENGGANGGU KETIKA SHALAT, KEBUN ITU DIJUAL

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abi Bakr bahwa seorang laki-laki Anshar shalat di dalam kebun kurma yang sedang berbuah lebat. Pemilik kebun itu merasa sangat kagum dengan hasil tanamannya yang berlimpah. Sebentar kemudian ia melanjutkan shalatnya namun ia lupa sudah shalat berapa rakaat, ketika itu dia berkata, "Buah kurma ini telah mengganggu ketenanganku dalam shalat."
Kemudian ia mendatangi Utsman bin Affan dan menceritakan peristiwa ini, Utsman berkata, "Sedekahkan saja kebun itu, fisabilillah." Lalu Utsman membeli kebun tersebut dengan limapuluh ribu (dinar). (Malik, dalam kitab al-Muwattha’, 1-119.)

INDAHNYA MENGUTAMAKAN ORANG LAIN

 Abu Jahm bin Hudzaifah al-‘Adawi berkata, "Dalam peperangan Yarmuk, aku pergi untuk mencari anak pamanku, dan aku membawa seember air. Aku berkata di dalam hati, 'Jika anak pamanku masih hidup, aku ingin memberinya minum dari tempat minumku ini, lalu aku basuh mukanya dengan air ini pula.'
Benar, aku menemukan beliau, aku bertanya kepadanya, 'Mau minum?' Beliau memberi isyarat dengan mengiyakan. Tiba-tiba saja lelaki di sebelah anak pamanku mengeluh kehausan, 'Ah,' anak pamanku memberi isyarat agar aku menuju ke tempat orang tersebut dengan membawa tempat minumku. Laki-laki tersebut tidak lain adalah Hisyam bin al-Ash saudara kandung Amr bin al-Ash. Aku datangi beliau dan bertanya, 'Mau minum?' Kemudian terdengan orang lain berkata, 'Ah,' karena kehausan.
Hisyam memberi isyarat agar aku menuju ke tempat orang tersebut. Aku menuruti keinginannya untuk mendatangi orang yang haus tersebut. Sesampainya aku di situ, ternyata ia telah meninggal. Aku datangi lagi Hisyam, beliau pun sudah meninggal. Kemudian aku balik mendatangi anak pamanku, beliau pun sudah meninggal dunia."

BETIS YANG AKU TIDAK PERNAH MENGGUNAKANNYA UNTUK MAKSIAT… APAKAH HARUS DIPOTONG?!

Urwah bin az-Zubair ditemani anaknya yang bernama Muhammad mendatangi Walid bin Abdul Malik. Ia adalah lelaki yang sangat tampan, suatu hari datang ke rumah al-Walid memakai pakaian bagus dengan dua jalinan rambut. Al-Walid berkomentar, "Beginilah seharusnya pemuda Quraisy berdandan." Al-Walid merasa iri kepadanya. Sebentar kemudian Muhammad keluar dari rumah al-Walid dalam keadaan mengantuk, tiba-tiba ia terperosok ke dalam kandang hewan. Lalu hewan tersebut menginjak Muhammad hingga meninggal. Adapun Urwah, kakinya terkena infeksi.
Kemudian al-Walid memanggil dokter untuknya, dokter berkata, "Kalau kaki ini tidak dipotong maka infeksi akan menyebar keseluruh tubuh sehingga menyebabkannya mati." Ia setuju untuk diamputasi, lalu dokter memotongnya dengan gergaji. Ketika gergaji itu diletakkkan di kakinya, dokter menidurkan urwah di atas bantal beberapa saat, Urwah pun pingsan.
Ketika sadar wajah Urwah bercucuran keringat, sambil bertakbir dan bertahmid, ia mengambil potongan kaki itu dan menciuminya sambil berkata, "Apa yang menyebabkan kamu dipotong seperti ini? Sungguh Allah mengetahui aku tidak pernah menggunakannya pada hal-hal yang haram, tempat maksiat atau ke perbuatan yang tidak diridhai Allah."
Kemudian ia meminta supaya potongan kaki itu dimandikan lalu diberi minyak wangi dan dikafani dengan selembar kain untuk dikuburkan di pekuburan umat Islam. Setibanya Urwah dari rumah al-Walid ke Madinah kawan-kawannya menemui dan berta'ziah dengan membaca ayat,
...لَقَدْ لَقِينَا مِنْ سَفَرِنَا هَذَا نَصَبًا {62}

"Sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini." (Al-Kahfi: 62).
Urwah tidak membalas ucapan tersebut tetapi dia berdoa, "Ya Allah sesungguhnya aku mempunyai tujuh anak laki-laki, salah seorang di antara mereka telah Engkau cabut nyawanya, aku masih memiliki enam anak. Ya Allah, selama ini aku memiliki empat anggota tubuh yakni dua tangan dan dua kaki, Engkau pun telah mengambil satu di antara empat anggota tubuhku itu. Kini, aku masih memiliki tiga anggota tubuh. Meski Engkau beri cobaan, sesungguhnya itu adalah kesejahteraan dan yang Engkau ambil, sejatinya Engkau mengabadikannya." ( Tarikh Islam, 6/247.)
Sumber : 99 Ksah Orang Shalih, dinukil oleh : Abu Thalhah andri Abdul Halim

AIR MATAMU DI SPANYOL, MENDAHULUI PANDANGANMU

Apakah yang engkau saksikan di Andalusia (sekarang bernama Spanyol, pen.)? tidakkah engkau mendengar syair Ar-Ratsa tentang jatuhnya Andalusia?
Segala sesuatu bila telah sempurna pasti menjadi kurang, maka janganlah seseorang terpedaya oleh kesenangan.
Dalam segala hal sebagaimana kita lihat, terjadi perputaran ada masa kegembiraan dan ada pula masa kesedihan.
Hati kita akan terenyuh dan lidah kita menjadi kelu.
Berbagai peninggalan sejarah, sebuah negara besar, dengan bangunan-bangunan megah. Inilah akhir segalanya…
Setiap memasuki masjid, hatiku bergetar. Berapa banyak orang yang pernah shalat di sini telah pergi, dan berapa banyak orang-orang yang beribadah telah tiada lagi… orang-orang semua sibuk.
Ini adalah Fusaifisa… ini gedung pertemuan.. ini dan ini.. seolah Islam hannyalah tinggal berupa bangunan-bangunan.
Meskipun kami jarang mengunjungi masjid di sebelah rumah kami. Namun masjid-masjid di Andalusia ini memang berbeda. Bahkan berapa kali aku memasuki masjid kampungku, namun tidak sedikitpun hatiku bergetar. Padahal aku masuk untuk shalat…
Tetapi hatiku kini bergetar, padahal aku sedang berekreasi. Bukan untuk shalat, atau beribadah.
Temanku yang berwarga negara Spanyol itu menceritakan kepadaku tentang keadilan kaum muslimin ketika mereka hjidup di sini. Ia menceritakan kepadaku pengetahuan sejarah…
Aku tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Setiap kali aku menggerak-gerakkan kepalaku di akhir pembicaraannya, tidak kudapatkan jawabannya. Namun yang jelas hatiku bergetar..
Mereka menceritakan tentang sejarah Islam, sejarah nenek moyangku. Sementara aku tidak tahu apa-apa tentang hal itu. Bahkan aku berfikir: apakah aku termasuk cucu dari orang-orang yang menklukkan dunia? Aku meninggalkan Andalusia dalam keadaan bingung tentang arti arti yang terkandung dalam kata-kata itu.
Melalui jalan laut, aku tiba di Maroko..
Dengan mengendarai bis, aku berangkat menuju kota temanku dari Maroko itu. Ternyata ia tinggal dekat perbatasan Al-Jazair. Kamipun memasuki kota itu. Sebuah kota terpencil di tengah padang pasir, mengingatkan diriku dengan kampung halamnku. Kami tidak membutuhkan alamat…
Di mana rumah Jabir? Semua orang sudah tahu. Wah orang asing! Semua mata tertuju kepadaku. Salah seorang diantara mereka langsung menuntunku, begitu ia tahu aku datang dari Al-Haramain. Ia mengangkut koperku dengan kemauan sendiri sambil terus terheran-heran.
Aku mengetuk pintu. Ternyata yang membuka adalah ayah Jabir. Aku tidak diberi kesempatan untuk memperkenalkan diri. “Ini tentu yang datang dari Mekah?” ia segera memelukku. “Mari silahkan masuk!” Amat ramah, sehingga membuatku merasa malu ternyata sudah menunggu kedatanganku dengan penuh kerinduan, semenjak satu minggu. Mereka telah menyiapkan pesta untukku, demikian kata mereka..
Usai meminum the, mereka menyediakan untukku sebuah kamar yang rapi. Sore harinya, mereka berkata: “Sesungguhnya para penduduk desa ingin melihatmu…” (Apa ???) mereka ingin melihatku?
Akupun diletakkan di depan podium di tengah pesta. Pembawa acara berbicara terlebih dahulu. Mereka menyambutku sedemikian hangatnya. Pesta tu mengikutsertakan kebanyakan penduduk kampung tersebut, kalau tidak bisa dikatakan semuanya. Kaum lelaki, wanita dan anak-anak..
Setelah itu Imam masjid membicarakan tentang keutamaan Makkah Al-Mukarramah dan Al-Madinah Al-Munawwarah, dan memebri sambutan untukku..
Datanglah hal yang membuat kejutan buat diriku..
“Akan berbicara kepada kalian semua seorang yang datang dari negeri turunnya wahyu, negeri turunnya Al-Qur’an yang mulia, dari negeri Makkah dan Madinah..”
Sebelumnya, aku tersenyum mendengar ucapannya. Namun ketika mereka memintaku untuk berbicara.. rona wajahku berubah. Sekujur tubuhku gemetaran dan lidahku terasa kelu. Aku tidak terbiasa berbicara di hadapanorang sebanyak ini. Kemudian apa yang harus kuucapkan? Aku mahasiswa ekonomi. Aku tidak memiliki bekal ilmu syariat atau wawasan apapun?
Akan tetapi Allah Ta’ala memberi kemudahan kepadaku. Aku berbicara kepada mereka tentang tanah Al-haram dan Ka’bah, juga tentang haji. Itu obyek pembicaraan yang mudah yang sudah kupelajari semenjak dahul. Aku juga memiliki banyak pengetahuan tahunan yang berbeda-beda dari seputar siaran pada musim haji. Aku berdoa kepada Allah semoga mereka dapat berhaji di Makkah. Suara-suara pun bersahutan diselahi tangisan dan ucapan Amin.
Aku merasa takut terhadap kesempatan ini karena aku takut kepada Allah. Akupun mulai berbicara dengan gaya yang menggugah, seolah-olah aku berbicara kepada diriku sendiri agar bertaubat. Pelajaran ini bagai mencekik jiwaku, sementara aku tetap berbicara..
Akupun menangis. Semuanya terdiam sesaat. Aku terbengong-bengong melihat diriku sendiri. Seolah-olah aku sedang mendapatkan mimpi yang aneh.
Mereka semua berdiri mengucapkan selamat kepadaku. Mereka berbicara dengan bahasa yang tidak aku mengerti. Sebagian ucapan mereka berupa tangisan, sebagian lagi dengan bahasa setempat..
Setelah acara itu, seolah-olah aku baru saja menyaksikan sandiwara dan aku sebagai pemeran utamanya. Kamipun diajak makan malam. Makanannya cukup untuk semua yang hadir. Namun aku tidak dapat menikmati santapan tersebut. dalam batinku terdapat satu hal yang tidak aku mengerti..
Aku masuk menuju kamar dan mengunci pintu sendirian… lalu menangis. Bahkan aku meletakkan wajahku diatas bantal, sehingga bantal tersebut dipenuhi air mata. aku berusaha untuk merendahkan suaraku, sehingga tidak terdengar oleh penghuni rumah…
Aku tidak tahu kapan aku mulai berhenti menangis. Namun aku tertidur dalam keadaan menangis. Kemungkinan kelelahan perjalanan membantuku untuk cepat tertidur.
Pintuku diketuk. Waktu shalat Shubuh sudah tiba.. aku berngkat ke masjid dan shalat dengan khusyu’. Aku menangis dalam shalatku..
Aku bangun pagi itu dengan pikiran hilang, tidak ingat lagi apa yang telah terjadi pada diriku.. tidak tahu bagaimana kuhabiskan hari-hariku. Namun bermalam-malam aku isi dengan tangisan. Dan pada siang harinya, kondisi itu terlihat pada diriku.
Aku memutuskan untuk kembali ke negeriku, meskipun mereka senang aku tinggal di negeri itu. Namun aku sudah bertekad untuk pulang. Tujuan perjalananku adalah Jeddah. Dari Jeddah kuteruskan perjalanan ke Makkah. Aku tinggal di Al-Haram seminggu, dan hanya keluar bila ada kebutuhan mendesak.
Aku mulai membaca Al-Qur’an dengan seriusdan shalat dengan khusyu’. Aku juga melakukan thawaf dengan thuma’ninah.
Kemana diriku selama ini sehingga melupakan semua ini? Kemana perginya tahun-tahun yang lalu?..
Aku tidak mampu menghitung-hitung lagi, karena aku sudah tenggelam dalam tangisan, rasa penyesalan mendalam. Bila aku teringat dengan masa laluku. Aku membuka mushaf dan membacanya. Air mataku bercucuran. Ke mana perginya air mata ini selama bertahun-tahun yang lalu? Aku tidak tahu…
Rasa takutku berubah menjadi ketentraman karena pelajaran-pelajaran yang kudapatkan di tanah Al-Haram. Aku membeli sebuah buku berjudul; ‘Hadi Arwaah Ilaa Bilaadil Afraah’ dan kitab lain berjudul: ‘Waahatul Iman’ karya Abdul Hamid Al-Bilali.
Sebelum dan sesudahnya, segala puji bagi Allahyang mengampuni dosa dan menerima taubat…
Sumber : Perjalanan Menuju Hidayah, cet. Darul Haq, karya : Abdul Malik Al-Qasim
Dinukil oleh : Abu Thalhah Andri Abdul Halim

SI PENJUAL MINYAK WANGI (Perumpamaan bagi Sahabat Sejati)

Ada orang yang berkata kepada Abdullah bin Umar:
Si Fulan Al-Anshari meninggal dunia. Beliau berkata : “Semoga Allah merahmatinya.”
Mereka berkata: “Ia meninggalkan uang seratus ribu.”
Beliau berkata:”Tetapi uang itu tidak meninggalkannya.”

Ia tertimpa kondisi perekonomian yang sempit sekali.
Kondisinya menjadi amat buruk, harta bendanya menipis, dan teman-temannya pergi menjauhi…
Ia teringat, bahwa semenjak sepuluh tahun yang lalu ia mengajukan pengunduran diri dari pekerjaannya, dan beralih ke usaha bebas. Kondisinya otomatis berubah setelah pengunduran diri… hartanya berlimpah. Ia pindah ke sebuah villa besar, menikah dengan istri kedua. Bepergian kesana kemari, tak terhitung jumlahnya. Ia tenggelam dalam kesenangan dan kemaksiatan, tanpa batas. Saat terdengar adzan, sementara letak masjid hanya beberapa meter dari kantornya, ia tidak mau pergi untuk shalat. Bahkan dalam waktu yang lama sekali, ia tidak pernah bersujud. Ia sibuk sekali, sehingga tidak punya waktu untuk itu.
Di rumah, ia tak ubahnya seekor binatang. Makan, minum dan tidur. Bahkan mendidik anak saja ia tidak sempat. Tidak pernah ia bertanya kepada anaknya, apakah mereka mengenal shalat atau tidak. Dalam soal harta, baginya tidak ada bedanya antara halal dengan haram. Cara baginya bukan masalah penting, yang penting adalah hasil. Itu adalah kaidahnya dalam berbisnis.
Akan tetapi kira-kira dua tahun yang lalu, urusan perekonomiannya memburuk. Ia berusaha melakukan tindakan yang mustahil, untuk tetap menjaga pekerjaan dan keuntungan-keuntungannya si masa lalu. Oleh sebab itu pekerjaannya mulai mengalami kesimpangsiuran. Bagaikan orang tenggelam yang berusaha mencari keselamatan.
Mulailah mereka yang mencari keuntungan cepat mempropagandakan kepadanya proyek-proyek tertentu. Satu proyek gagal, tidak berhasil. Proyek yang lain hanya menghasilkan setengah dari modal. Dalam waktu dua tahun saja, sudah banyak hutangnya dan bertumpuk permasalahannya. Ia teringat bagaimana keadaannya dahulu sebelum berhenti bekerja. Sekarang pengeluarannya menggurita, sementara masukannya sedikit. Ia mulai mengambil hutang di berbagai bank.
Hanya dalam waktu satu tahun saja, hutangnya sudah bertumpuk-tumpuk, sehingga ia tidak mampu lagi mengembalikannya. Beralihlah ia ke fase baru dalam kehidupannya yakni fase munculnya berbagai tuntutan di mahkamah dan di hadapan hukum serta kepolisian. Pekerjaannya sekarang hanyalah berusaha menangguhkan hak pihak yang menghutanginya ke waktu lain. Bulan demi bulan berlalu. Hutang semakin melilit.
Bayangan penjarapun mulai terlihat. Terkadang dalam bentuk peringatan dan ancaman, terkadang juga dalam bentuk pengaduan dan dakwaan. Demikianlah yang dilakukan oleh pihak pemberi hutang…
Ia menjual semua yang dimilikinya. Villanya, mobil-mobilnya, tanahnya-tanahnya, berbagai aset dagangnya. Semuanya bisa membayar sebagian besar hutangnya. Tinggal sedikit bagian hutangnya yang dibiarkan oleh para penghutangnya, karena merasa kasihan kepadanya. Ia pindah ke sebuah rumah kecil. Di situ ia berkumpul bersama istri dan sepuluh anaknya. Sopir dan pembantu? Sudah tidak lagi mereka miliki. Malam hari mereka lalui dalam kegundahan dan kesedihan.
Di tengah kemelut persoalan tersebut, terbersit dalam hatinya keinginan berkunjung kepada sahabatnya, Muhammad. Mungkin ia bisa membantu dengan sedikit uang. Ia adalah sahabatnya di masa kecil, dan juga rekan kerjanya dahulu.
Pergi mengunjunginya atau tidak? Karena ketika Muhammad mengunjunginya dua tahun yang lalu, ia merasa sesak dengan berbagai kemewahannya dan juga oleh suara-suara musik dan ribut-ribut di rumahnya. Tetapi sekarang kebutuhan mendesak…
Ia membulatkan tekad dan mancari waktu yang tepat, yakni waktu ashar besok hari. Di pertengahan Ashar, ia mengenakan pakaiannya.
Tiba-tiba pintu rumahnya diketuk. Siapa? “Bilang saja tidak ada orangnya.” Rupanya ia adalah pemilik rumah yang hendak menagih uang sewa rumahnya. “Mana bapak kalian?” “Tidak ada di rumah.” Ia terpaksa mengundur kepergiannya setengah jam, sampai pemilik rumah itu menjauh dari rumahnya...
Dengan tergesa-gesa ia keluar rumah dan mengendarai mobilnya, tujuannya adalah rumah Muhammad. Masih rumah yang lama, belum berubah. Ia sampai di rumah Muhammad tepat setelah adzan Maghrib. “Siapa di luar?” tanya orang di dalam. “Saya Shalih.” Jawabya. “Dia sedang ke masjid. Nanti ia pulang sesudah shalat.” Katanya. Ia segera mengendarai mobilnya sambil menundukkan kepala. Karena amatlah aib, jika menunggu dalam mobil sementara orang-orang lewat menuju masjid untuk shalat. Namun bagaimana kalau ia bertemu dengan Muhammad, lalu mendapatinya tidak shalat berjama’ah? Kemana ia harus pergi?
“Aku belum berwudhu, sementara bila aku ingin shalat, ini sudah ada masjid.” Gumamnya.
Ia pun berwudhu dan berangkat ke masjid untuk shalat. Ia mendapatkan shalat sudah di rakaat kedua. Seusai shalat, salah seorang Syaikh bangkit berdiri dan memegang pengeras suara. Setelah memuji Allah dan membaca shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata: “Saya meminta waktu kalian lima menit saja.” Ia mulai berbicara tentang ketaatan. Bahwa ketaatan adalah sebab munculnya kebahagiaan dalam hidup. Tidaklah kalian mendengar firman Allah Ta’ala:
]وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى {124}[
“Dan barangsiapa yang berpaling dari dzikir kepadaKu pasti ia akan mendapatkan kehidupan yang sempit.” (Thaha: 124)
Kemudian ia menyinggung tentang bagaimana seseorang dapat konsekuen dalam hidupnya, menyebutkan beberapa faidah mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Ia juga menyebutkan tentang rizki. Aku mengangkat kepalaku untuk melihatnya. Ini hal yang penting buat diriku. Ia mengiringkannya dengan firman Allah Ta’ala:
…. ]وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا {2} وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبُ ….{3}[

“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, akan Allah berikan kepadanya jalan keluar. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, akan diberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (Ath-Thalaq: 2-3)
Artinya, rizki itu datang melalui pintu yang belum pernah kamu ketuk dan belum pernah kamu bayangkan.
Ia sudah menyelesaikan waktu lima menit, dan sudah menunaikan janjinya.
Aku berkata kepada diriku sendiri, “Andai saja ia tidak memenuhi janjinya.” Ucapannya masuk kedalam hatiku. Kemana perhatianku terhadap ayat-ayat dan hadits-hadits tersebut. selama ini aku sudah tersesat. Tidak lagi mengenal Allah, selain dalam kesusahan ini. Alhamdulillah, kini aku sudah mengenalNya…
Ia telah memberi pengaruh pada diriku demikian mendalam. Sementara jiwaku tengah hancur dalam hal materi. Ia telah membangkitkan kesadaranku bahwa semua yang kualami penyebabnya adalah kemaksiatan. Aku ingat akan kelalaianku.
Air mataku berderai. Aku bersiap-siap dan keluar dari masjid. Nah, itu dia Muhammad…
Kami masuk ke rumahnya. Allahu Akbar, ia adalah teman seumur hidup, begitulah perumpamaannya. Ia menyambutku dengan baik, pada saat dimana orang-orang disekitarku sudah berlarian. “Bagaimana kabar anak-anakmu? Bagaimana kesehatanmu? Bagaimana pula kondisimu sekarang?” tanyanya. “Wahai Muhammad, jangan tergesa-gesa. Aku akan memberitahukan semuanya kepadamu.” Aku berbicara panjang lebar kepadanya. Kuceritakan segalanya secara rinci . selesai aku bercerita, ia mengutarakan kepadaku satu jawaban yang belum pernah aku dengar seumur hidupku. “Itu adalah rahmat Allah untuk dirimu. Engkau telah memakan yang haram, lebih banyak dari yang halal. Engkau juga telah meninggalkan banyak kewajiban agamamu dan menjauh dari Allah.. semoga hal ini juga dapat membangunkan hatimu. Agar engkau mengetahui bahwa materi (harta) itu tidak berarti apa-apa. Bahkan Allah akan membuat perhitungan kepadamu, sebagaimana dalam hadits:
“Seseorang akan ditanya tentang empat perkara: Umurnya, untuk apa dia habiskan. Masa mudanya, untuk apa dia gunakan. Hartanya, dari mana ia mengambil dan kemana ia belanjakan. Dan tentang ilmunya, untuk apa dia gunakan.”
Tetapi, alhamdulillah. Berapa hutangmu yang tersisa? Saya akan menanggung segala hutangmu yang tersisa. Dan rumah disebelah ini, sudah kubeli lima tahun yang lalu. Orang yang menyewanya sudah pergi dua bulan yang lalu.
Muhammad bersumpah agar aku bisa tinggal di situ, sampai Allah memberi kemudahan kepadaku. Aku pun memeluknya.
Sungguh ia orang yang shalih, dalam arti sesungguhnya. Seminggu kemudian kami tinggal di sebelah rumah Muhammad. Ia memiliki majelis setiap hari senin bersama teman-temannya, membaca beberapa buku agama. Anak-anakku mulai menghafal Al-Qur’an di masjid bersama anak-anaknya. Akupun mulai merasakan kenikmatan hidup. Keadaanku pun berangsur baik. Yang terpenting diantaranya adalah masalah agamaku dan rumah tanggaku. Seusai shalat Shubuh, aku duduk di masjid hingga matahari terbit..
Cahaya keimanan telah memasuki rumah tanggaku…
Sumber : Perjalanan Menuju Hidayah, cet. Darul Haq, karya : Abdul Malik Al-Qasim
Dinukil oleh : Abu Thalhah Andri abdul Halim

UMAIR BIN AL-HAMMAM (Sungguh Ini Merupakan Hidup yang Panjang)

  Pada perang Badar ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Bangkitlah kalian menuju Surga yang lebarnya seluas langit dan bumi." Umair bertanya, "Wahai Rasulullah, Lebar Surga seluas langit dan bumi?" Beliau menjawab, "Benar," Umair berkata, "Bah-bah." Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, "Apa yang menyebabkan kamu mengatakan Bah-bah?" Umair menjawab, "Demi Allah, Tidak wahai Rasulullah, aku hanya berharap, mudah-mudahan aku termasuk penghuninya." Rasulullah bersabda, "Sungguh, engkau termasuk penghuni Surga."
Umair lalu mengambil beberapa biji kurma dari tempat makanannya lalu menyuapnya. Kemudian berkata, "Sekiranya aku masih hidup sehingga menghabiskan kurma ini, sungguh ini merupakan kehidupan yang sangat panjang." Selanjutnya ia melemparkan kurma yang masih tersisa untuk maju berperang sebentar kemudian ia terbunuh dalam peperangan ini. (HR. Muslim, 1901.)

Memperoleh NIKMAT TAK TERBILANG Sementara COBAAN HANYA SATU

  Terdapat suatu riwayat bahwa Malik bin Dinar radhiallahu ‘anhu berkunjung ke rumah seorang pemuda untuk membesuknya. Malik mendapati pemuda tersebut sedang menerawang di atas ranjang bagaikan ranting rapuh.
Kemudian Malik menanyakan keadaannya. Tetapi si pemuda tidak dapat menjawab dengan lisannya, dia hanya memberi isyarat dengan jari tangan. Ketika kami berbincang-bincang, kami mendengar suara adzan berkumandang. Kami melihat gerakan bibir pemuda itu mengikuti bacaan Mu’adzin.
Ketika sampai pada kalimat Syahadatain, dia mengisyaratkan dengan jari telunjuknya. Lalu meminta orang tuanya agar mewudhukan dan menghadapkannya ke kiblat untuk shalat sambil berbaring ke arah kanan.
Selanjutnya ia berkata, "Wahai Malik, ketenangan itu hanya dengan tetapnya iman. Wahai Malik, sesungguhnya nikmat Allah tidak terhingga, sementara itu Dia memberi cobaan satu macam saja."
Malik berkata, "Sungguh aku sangat kagum atas keyakinan, kesabaran, kejujuran dan tulus cintanya kepada Allah. Tidak berselang lama dari kejadian ini, pemuda tersebut meninggal dunia." (Al-'Aqibah, Abdul Haq al-Asybili, hal 63.)
Diposting oleh : Abu Thalhah Andri Abdul Halim, dinukil dari: “99 Kisah Orang Shalih”

Kabar Gembira bagi Orang yang Mengakui Dosa

  Di antara kaum shalih ada yang bertutur, "Di samping rumahku hidup seorang nenek dengan seorang anak lelaki yang nampak memaksakan diri untuk beribadah.
Ketika ajal menghampiri anak lelaki tersebut, ia berkata, 'Wahai ibu, telungkupkanlah pipiku di atas tanah.' Lalu sang ibu melakukannya. Kemudian anak lelaki itu menangis dan menghiba diri.
Ketika ia benar-benar di ambang kematian, ia berkata, 'Wahai ibu, Demi Allah, sekiranya aku mati, janganlah ibu memberitahu seorang pun tentang kematianku. Kuburkanlah aku di salah satu pojok rumah ini saja, sebab selama ini aku senantiasa menyakiti tetanggaku yang masih hidup sementara aku tidak ingin menyakiti tetanggaku yang telah mati.' Maka sang ibu melakukan apa yang diperintahkan anak kepada ibunya, dan ia pun dikuburkan di pojok rumahnya.
Pada suatu malam, sang ibu memimpikan anaknya, ia berada di salah satu taman yang sangat indah, di sebuah istana megah, di antara kedua matanya terdapat tulisan dari cahaya, berbunyi, 'Inilah seorang hamba Allah yang mengakui dosanya lalu bertaubat.' Sang ibu berkata, 'Berhentilah nak,' sang ibu melanjutkan bertanya, 'Wahai anakku, Mengapa engkau dapat memperoleh posisi setinggi ini?'
Sang anak menjawab, 'Wahai Ibu, ketika aku telah meninggal, Dzat Yang Mahabenar memanggilku di hadapanNya dan berfirman kepadaku, 'Wahai hambaKu, sikapmu untuk menjauhi manusia sebenarnya membuat mereka marah kepadamu, sehingga mereka menutup pintu kasih sayang untukmu. Seakan ampunanKu penuh sesak oleh dosa-dosamu, seakan gudang kekuasaanKu memerlukan amal kebaikan darimu. Namun Aku telah memberi rahmat kepadamu karena rasa butuhmu terhadap ampunan dariKu, karena sikap penghamba-anmu kepadaKu dan kekhusyu’anmu, silahkan melangkah, Aku telah mengampuni dosamu'." (Al-Mawa’izh wa Al-Majalis, 235.)
Diposting oleh: Abu Thalhah Andri Abdul Halim, dinukil dari, “99 Kisah Orang Shalih”

MENGKLAIM MEMILIKI HAK MELETAKKAN SYARIAT

 Meletakkan hukum syariat yang berlaku bagi semua manusia dalam bidang ibadah, muamalah dan segenap urusan mereka, memutuskan persengketaan dan perseteruan di antara mereka adalah hak mutlak Allah Ta'ala sebagai pencipta manusia. Allah Ta'ala berfirman, “Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.” (Al-A’raf: 59).

Sebagai pencipta, secara otomatis Allah mengetahui ciptaanNya, Allah mengetahui manusia sebagai hambaNya, apa yang baik dan apa yang buruk bagi mereka, sehingga Dia meletakkan tatanan dan aturan sebagai konsekuensi dari rububiyahNya dan manusia patut menerima tatanan dan aturan tersebut sebagai tuntutan dari penghambaan dan demi kemaslahatan mereka sendiri.

Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah. Itulah Allah Tuhanku, kepadaNya lah aku bertawakkal dan kepadaNyalah aku kembali.” (Asy-Syura: 10).

Karena hak menetapkan syariat hanya di tangan Allah, maka tidak pantas bagi siapa pun untuk mengakui hak tersebut, baik dengan perkataannya atau dengan perbuatannya melalui peletakan undang-undang yang bertentangan dengan syariat Allah. Siapa yang melakukan hal itu maka dia telah mensejajarkan diri dengan Allah di bidang peletakan hukum syariat dan hal ini berarti penentangan yang nyata kepada Allah Ta'ala, karena Allah Ta'ala telah mengingkari hamba-hambaNya yang menjadikan selainNya sebagai peletak syariat, Dia berfirman, “Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (As-Syura: 21).

Dari sini maka tidak patut bagi seorang muslim menerima tatatan kehidupan selain apa yang telah ditetapkan oleh Allah, barangsiapa melakukan itu berarti dia telah menjadikan peletaknya sama dengan Allah di bidang tersebut.

Tatanan apa pun yang dianut dan undang-undang mana pun yang diterapkan, jika ia bukan tatanan dan undang-undang dari Allah maka ia adalah tatanan thaghut dan undang-undang jahiliyah. “Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (Al-Maidah: 50).

Termasuk dalam pengakuan memiliki hak membuat syariat dan hukum adalah menghalalkan dan mengharamkan sesuatu. Ini adalah hak Allah secara mutlak juga dan tidak seorang pun berserikat dengan Allah di dalamnya. Maka barangsiapa berani menyatakan ini halal dan itu haram tanpa mempunyai ilmu dari Allah, berarti dia telah mengaku berserikat dengan Allah dalam hal tersebut.

Orang-orang Nasrani telah diingkari oleh Allah manakala mereka menaati ahli agama dan ahli ibadah mereka yang menghalalkan dan mengharamkan tanpa ilmu dari Allah, “Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masih putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selainNya. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (At-Taubah: 31).

Rasulullah saw menafsirkan ayat di atas kepada Adi bin Hatim, “Bukankah mereka itu mengharamkan apa yang dihalalkan Allah dan menghalalkan apa yang diharamkan Allah lalu kalian mengikuti mereka?” Manakala Adi mengakui hal itu, Nabi saw bersabda, “Itulah ibadah kalian kepada mereka.” Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi.

Menaati dalam menghalalkan atau mengharamkan sesuatu selain Allah merupakan sebuah bentuk ibadah yang hanya patut diberikan kepada Allah semata, manakala ia diberikan kepada selainNya berarti ia disekutukan dengan Allah, salah satu hak Allah telah dirampas dariNya dan diberikan kepada selainNya.

Tunduk kepada hukum Allah, menerima syariatNya dan kembali kepada kitabNya dan sunnah RasulNya manakala terjadi perselisihan dan persengketaan adalah salah satu konsekuensi beriman kepadaNya. Allah adalah Hakim dan hanya kepadanyalah hukum itu diserahkan dan dikembalikan. Dari sini maka pemimpin sebagai pelaksana hukum harus memutuskan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan oleh Allah, sementara rakyat sebagai obyek hukum berkewajiban meminta agar segala persoalan ditetapkan dengan apa yang diturunkan oleh Allah.

Tentang hak pemimpin, Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” (An-Nisa`: 58). Menetapkan hukum dengan adil adalah menetapkan hukum dengan apa yang diturunkan Allah, karena ia merupakan keadilan, adapun selainnya maka ia adalah kezhaliman.

Tentang hak rakyat, Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (An-Nisa`: 59).

Allah Ta'ala telah menetapkan kafir, zhalim dan fasik kepada siapa yang tidak menetapkan hukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah. “Barangsiapa tidak memutuskan hukum menurut apa yang diturunkan oleh Allah maka dia adalah orang kafir.” (Al-Maidah: 44) “…Maka dia adalah orang yang zhalim.” (Al-Maidah: 45) “…Maka dia adalah orang yang fasik.” (Al-Maidah: 47).

Menetapkan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan oleh Allah mencakup masalah-masalah ijtihadiyah yang diperselisihkan oleh para ulama, kita menerima pendapat mereka setelah memastikan kesesuaiannya dengan al-Qur`an dan sunnah tanpa fanatik buta kepada madzhab tertentu atau imam tertentu. Hal ini juga berlaku bagi kaum muslimin yang mengaku mengikuti madzhab tertentu atau imam tertentu, hendaknya mereka mengembalikan ijtihad madzhab atau imam kepada al-Qur`an dan sunnah, lalu apa yang sesuai atau dekat kepada keduanya diambil, sedangkan yang tidak sesuai atau jauh dari kedua ditolak. Hal ini semata-mata sebagai bentuk kesiapan untuk kembali kepada hukum Allah dan hukum Rasulullah saw, yang pertama merupakan tuntutan la ilaha illallah dan yang kedua adalah tuntutan risalah Muhammad saw.

Dari Kitab Tauhid karya Dr. Shalih al-Fauzan Juz 3.

UMMAHATUL MUKMININ

Ummahatul Mukminin adalah istri-istri Rasulullah saw mereka disebut Ummahatul Mukminin karena Allah Ta'ala menamakan demikian dalam firmanNya, “Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka.” (Al-Ahzab: 6).

Di antara prinsip akidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah bahwa mereka menyintai dan menghormati mereka, meyakni bahwa mereka adalah wanita-wanita terbaik yang dipilih oleh Allah untuk Rasulullah saw, mereka adalah istri-istri beliau di dunia dan di akhirat, dan bahwa tidak seorang pun dari kaum mukminin yang boleh menikahinya setelah Rasulullah saw wafat, karena mereka adalah ibu bagi orang-orang mukmin.

Allah Ta'ala berfirman, “Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri-istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat.” (Al-Ahzab: 53).

Istri-istri Rasulullah saw termasuk Ahli Bait (keluarga) Rasulullah saw, Allah Ta'ala berfirman, “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Al-Ahzab: 33).

Nabi saw berbeda dari umatnya dalam hal dibolehkannya beliau menikah dengan lebih dari empat karena tujuan-tujuan yang bukan di sini tempat penjelasannya, beliau menikah dengan tiga belas istri, dua di antaranya beliau belum berumah tangga dengan mereka, dua lagi wafat mendahului Nabi saw yaitu Khadijah dan Ummul Masakin Zaenab binti Khuzaemah.

Nama-nama Istri Rasulullah saw

1- Khadijah binti Khuwailid. Istri pertama Rasulullah saw, beliau menikahinya dalam usia dua puluh lima tahun sedangkan dia berusia empat puluh tahun, selama Khadijah hidup Nabi saw tidak menikah dengan yang lain, darinya Rasulullah saw mempunyai anak-anak, laki-laki dan perempuan. Anak-anak beliau yang laki-laki semuanya wafat saat mereka masih kecil, sedangkan anak-anak beliau yang perempuan hidup sampai dewasa, mereka adalah Zaenab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah.

Zaenab menikah dengan sepupunya Abu al-Ash bin ar-Rabi’, Ruqayyah dan Ummu Kultsum menikah dengan Usman bin Affan setelah yang pertama wafat, dan Fatimah menikah dengan Ali bin Abu Thalib yang dari pernikahan ini lahir al-Hasan, al-Husain, Zaenab dan Ummu Kultsum.

Keutamaan-keutamaan Khadijah merupakan sesuatu yang masyhur, dia adalah wanita pertama yang beriman kepada suaminya, mendukung dan membantu suaminya di awal-awal dakwah dengan segala raga, jiwa dan harta. Nabi saw tidak pernah melupakannya sekalipun dia sudah bertahun-tahun mendahului, beliau bersabda, “Dia dulu begini dan begini dan aku mempunyai anak darinya.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari.

2- Saudah binti Zam’ah, Nabi saw menikahinya setelah Khadijah wafat di bulan Syawal tahun sepuluh dari kenabian, Saudah adalah janda wafat dari sepupunya yang bernama as-Sakran bin Amru.

3- Aisyah binti ash-Shiddiq, Abu Bakar, Nabi saw menikahinya di bulan Syawal tahun sebelas setelah kenabian, setahun setelah beliau menikah dengan Saudah, saat itu Aisyah berumur enam tahun, namun beliau baru berumah tangga dengannya saat dia berusia sembilan tahun di bulan Syawal tujuh bulan setelah hijrah. Aisyah adalah satu-satunya istri Nabi saw yang masih gadis. Nabi saw paling menyintainya, wanita paling fakih dan paling alim di bidang agama secara mutlak. Keutamaan-keutamaannya sangat banyak, Nabi saw bersabda, “Keutamaan Aisyah adalah seperti keunggulan tsarid di atas seluruh makanan.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

4- Hafshah binti Umar bin al-Khatthab, janda wafat Khunais bin Hudzafah as-Sahmi yang wafat di antara Badar dan Uhud, Nabi saw menikahinya tahun tiga hijriyah.

5- Zaenab binti Khuzaemah, dari Bani Hilal bin Amir, dikenal dengan Ummul Masakin (ibu orang-orang miskin), karena perhatiannya yang besar kepada mereka, janda wafat Abdullah bin Jahsy yang gugur di Uhud, Nabi saw menikahinya tahun empat hijriyah, namun dua atau tiga bulan setelahnya Zaenab wafat mendahului Rasulullah saw.

6- Ummu Salamah Hindun binti Abu Umayyah, janda wafat Abu Salamah yang wafat tahun empat hijriyah di bulan Jumadil Akhirah, Nabi saw menikahinya di bulan Syawal di tahun yang sama.

7- Zaenab binti Jahsy binti Ri`ab, dari Bani Asad bin Khuzaemah, Zaenab ini adalah sepupu Rasulullah saw yang sebelumnya bersuamikan Zaid bin Haritsah, lalu Zaid mentalaknya dan Nabi saw menikahinya di bulan Dzul Qa’dah tahun lima hijriyah.

8- Juwairiyah binti Harits, pemuka Bani Mushthaliq dari Khuza’ah. Juwairiyah termasuk tawanan kaum muslimin dan dia merupakan saham Tsabit dan Qais, lalu dia berakad mukatabah dengan Tsabit untuk menebus dirinya, Nabi saw menebusnya dan menikahinya di Sya’ban tahun enam hijriyah.

9- Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan, suami sebelum Nabi saw adalah Ubaidullah bin Jahsy, berhijrah ke Habasyah bersama suaminya, namun suaminya murtad dan wafat di sana di atas agama barunya, dan Ummu Habibah sendiri tetap memegang Islamnya, manakala Nabi saw mengirimkan Amru bin Umayyah adh-Dhamari kepada an-najasyi di Muharram tahun tujuh hijriyah, beliau menitipkan lamaran untuk Ummu Habibah dan beliau menikahinya, kemudian Amru mengirimkannya kepada Nabi saw bersama Syarahbil bin Hasanah.

10- Shafiyyah binti Huyay bin Akhthab, wanita Bani Israil, tawanan perang Khaibar, Rasulullah saw memerdekakannya dan menikahinya setelah Khaibar takluk di tahun tujuh hijriyah.

11- Maemunah binti Harits, Nabi saw menikahinya di Dzul Qa’dah tahun tujuh di Umrah Qadha` setelah menyelesaikan ihramnya menurut pendapat yang shahih.

Mereka inilah wanita-wanita yang berumah tangga dengan Rasulullah saw, dua di antara mereka wafat mendahului Nabi saw, yaitu Khadijah dan Zaenab Ummul Masakin. Sembilan sisanya Rasulullah saw wafat meninggalkan mereka. Wallahu a’lam.

Ar-Rahiq al-Makhtum, Syaikh al-Mubarakfuri. <!-- --- FOOTER mulai --->
 

RAFIDHAH DAN NASHIBAH

  Terkait dengan akidah muslim terhadap para sahabat Nabi saw ada dua golongan sesat yang menyimpang dari kebenaran, akidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Yang pertama adalah Rafidhah dan yang kedua adalah Nashibah.

Rafidhah adalah kelompok yang bersikap sangat berlebih-lebihan terhadap Ali bin Abu Thalib dan Ahlul Bait Rasulullah saw, mereka meyakini bahwa kecintaan kepada keluarga Nabi saw tidak terwujud dengan sempurna tanpa membenci sahabat-sahabat beliau yang lain, bahkan mencaci dan melaknat mereka khusushan Abu Bakar dan Umar. Maka tuduhan takfir dan tafsiq mereka alamatkan kepada para sahabat selain Ahlul Bait Rasulullah saw. Mereka disebut Rafidhah karena mereka rafadhu, menolak ucapan Zaid bin Ali bin al-Husain bin Ali bin Abu Thalib saat mereka bertanya kepadanya tentang sikapnya terhadap Abu Bakar dan Umar, maka Zaid menjawab, “Keduanya adalah sepasang pendukung kakekku.”

Rafidhah menyerang sahabat dengan hati dan lisan. Hati mereka membenci dan memusuhi sahabat kecuali orang-orang yang menjadi perantara mereka untuk meraih ambisi mereka dan mereka pun bersikap berlebih-lebihan pada orang-orang tersebut, dan orang-orang tersebut adalah Ahli Bait.

Lisan mereka melaknat dan mencaci sahabat. mereka berkata, “Para sahabat adalah orang-orang zhalim.” Mereka berkata, “Para sahabat murtad setelah Nabi kecuali sedikit dari mereka.” Dan masih banyak lagi.

Sebenarnya mencaci sahabat tidak sekedar pelecehan terhadap mereka, lebih dari itu ia adalah pelecehan terhadap mereka, terhadap Nabi saw, terhadap syariat Allah bahkan terhadap dzat Allah.

Kalau ia adalah pelecehan terhadap mereka maka ia jelas.

Kalau ia adalah pelecehan terhadap Nabi maka karena sahabat adalah orang-orang kepercayaannya dan penerusnya atas umat dalam menghadapi orang-orang buruk, dari sisi lain ia berarti mendustakan Nabi yang telah menetapkan keutamaan dan keistimewaan mereka.

Kalau ia adalah pelecehan terhadap syariat Allah maka karena merekalah perantara antara kita dengan Rasulullah dalam mengemban syariat, jika keadilan meriwayatkan gugur maka tidak ada lagi kepercayaan dalam syariat yang mereka sampaikan.

Kalau ia adalah pelecehan terhadap Allah karena itu berarti Allah mengutus NabiNya dikelilingi oleh manusia-manusia buruk Allah memilih mereka untuk menyertai Nabi, memikul syariat dan menukilnya kepada umat.
Lihatlah akibat buruk yang begitu besar dari mencaci sahabat. Ahlus Sunnah berlepas diri dari jalan orang-orang Rafidhah yang memusuhi dan mencaci sahabat. Kita meyakini bahwa mencintai mereka adalah wajib, menahan diri dari keburukan mereka adalah wajib, hati kita – alhamdulillah – dipenuhi dengan kecintaan kepada mereka karena keimanan dan ketakwaan yang mereka miliki serta penyebaran ilmu dan dukungan kepada Nabi yang mereka berikan.

Ahlus Sunnah wal Jamaah berlepas diri dari jalan orang-orang Nashibah. Mereka ini adalah kebalikan orang-orang Rafidhah yang mengkultuskan ahli bait sehingga mereka mengangkatnya dari lingkaran kemanusiaan kepada lingkaran kewalian yang tidak mungkin salah.

Nashibah adalah orang-orang yang nashabu, menegakkan permusuhan terhadap Ahlul Bait, mereka menghadapi bid'ah dengan bid'ah, ketika mereka melihat Rafidhah bersikap berlebih-lebihan terhadap Ahli Bait maka mereka berkata, “Kalau begitu kita memusuhi dan mencela Ahli Bait, sebagai reaksi dan respon balik terhadap Rafidhah yang berlebih-lebihan dalam mencintai dan memuji Ahli Bait. Sikap pertengahan selalu menjadi yang terbaik, merespon bid'ah dengan bid'ah hanya menguatkan bid'ah itu sendiri.

Ahlus Sunnah mengambil sikap di antara kedua kelompok ini. Ahlus Sunnah menyintai para sahabat seluruhnya dan menyintai Ahlu Bait Rasulullah.

Dari Syarah Aqidah Wasithiyah, Syaikh Ibnu Utsaimin.

SAHABAT DAN KESALAHAN

    Para sahabat adalah manusia, kesalahan dan dosa mungkin terjadi dari mereka, mereka tidak ma’shum, karena Allah hanya berkenan memberikan derajat ishmah hanya kepada para Nabi dan RasulNya, namun begitu para sahabat sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Taimiyah, “Para sahabat itu memiliki kebaikan-kebaikan di atas kita dan keutamaan-keutamaan yang membuat apa yang mereka lakukan – kalau dilakukan – diampuni.” Inilah yang diyakini oleh Ahlus Sunnah.

Para sahabat memiliki kebaikan-kebaikan dan keutamaan-keutamaan yang tidak ditandingi oleh seorang pun, mereka menolong Nabi, berjihad dengan harta dan jiwa, mengorbankan leher mereka untuk menjunjung kalimat Allah, ini menyebabkan ampunan untuk apa yang mereka lakukan meskipun ia termasuk dosa besar selama tidak sampai pada tingkat kekufuran.

Salah satunya adalah kisah Hathib bin Abu Balta’ah ketika dia berkirim surat kepada Quraisy menyampaikan keberangkatan Rasulullah kepada mereka sampai Allah memberitahu NabiNya tentang itu sehingga suratnya tidak sampai kepada mereka. Maka Umar meminta izin kepada Nabi untuk memancungnya, Nabi bersabda, “Dia berperan serta dalam perang Badar. Siapa tahu bisa jadi Allah melongok kepada ahli Badar, lalu berfirman, ‘Lakukanlah apa yang kalian suka karena Aku telah mengampuni kalian’.”

Ibnu Taimiyah berkata, “Kemudian dengan asumsi bahwa salah seorang dari mereka telah melakukan dosa maka bisa jadi yang bersangkutan telah bertaubat darinya, atau dia melakukan kebaikan yang menghapus, atau Allah mengampuni karena kebaikannya yang lalu, atau karena syafaat Nabi saw d mereka adalah orang-orang yang paling berhak atasnya, atau dosa itu diampuni karena ujian yang menimpa di dunia.”

Ini adalah perkara-perkara yang menghapus kesalahan yang terjadi di kalangan para sahabat.

Pertama, taubat. Yang bersangkutan telah bertaubat darinya sehingga akibat buruk dari kesalahannya telah terangkat dan terhapus. Jika hal ini berlaku untuk seluruh umat Muhammad saw, maka para sahabat adalah orang-orang yang paling patut dan mereka berada di barisan pertama.

Kedua, kebaikan yang menghapus kesalahan, berdasarkan firman Allah, “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (Hud: 114).

Ketiga, keutamaan dan kebaikan masa lalunya, seperti dalam kisah Hathib di atas.

Keempat, syafaat Nabi saw. Yaitu untuk umat beliau di mana para sahabat adalah orang-orang yang paling berhak atasanya. Dan syafaat ini telah dijelaskan sebelumnya.

Kelima, ujian yang menimpa di dunia, karena ujian melebur dosa-dosa, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw, “Tidak ada seorang Muslim yang ditimpa sesuatu yang menyakitkan, baik dalam bentuk sakit dan selainnya kecuali Allah meluruhkan kesalahan-kesalahannya seperti pohon menjatuhkan daun-daunnya.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. Hadits-hadits dalam bab ini berjumlah banyak dan terkenal.

Kadar yang layak diingkari dari perbuatan sebagian dari mereka sangatlah sedikit, lebih sedikit dari sedikit. Oleh karena itu Ibnu Taimiyah berkata, “Tidak sebanding dengan keutamaan dan kebaikan mereka.”

Tanpa ragu sebagian dari mereka pernah mencuri, minum khamar, qadzaf dan zina, akan tetapi semua dosa ini tidak ada apa-apanya di depan kebaikan dan keutamaan mereka dan dari sebagian dosa tersebut telah dilaksanakan had atasnya. Jadi ia sebagai pelebur untuknya.

Apabila kamu melihat dengan ilmu dan bashirah serta sikap obyektif pada kebaikan mereka dan keutamaan yang Allah berikan kepada mereka niscaya kamu meyakini bahwa mereka adalah orang-orang terbaik setelah Nabi saw, mereka lebih baik daripada Hawariyin sahabat Isa, mereka lebih baik daripada orang-orang terpilih dari sahabat Musa dan lebih baik daripada orang-orang yang beriman kepada Nuh, Hud dan lain-lain.

Tidak ada seorang pun dari pengikut para Nabi yang lebih baik daripada sahabat. perkara ini adalah perkara yang maklum lagi jelas berdasarkan firman Allah, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia.” (Ali Imran: 110). Orang-orang terbaik dari kita adalah sahabat karena orang terbaik adalah Nabi maka sahabatnya adalah sahabat terbaik. Ini menurut Ahlus Sunnah wal Jamaah

Dari Syarah Aqidah Wasithiyah, Syaikh Ibnu Utsaimin.

Membeli Seekor Kuda


Dalam buku Ahla Ibtisamah disebutkan bahwa seorang pembeli berkata : “Saya perlu seekor kuda yang warnanya bukan coklat, bukan hitam, bukan putih, bukan merah dan bukan biru, anda punya?”
Penjual menjawab : “Ya, yang anda cari ada. Tapi anda mengambilnya jangan hari sabtu, jangan hari ahad, jangan hari senin, jangan hari selasa, jangan hari rabu, jangan juga hari kamis. Kalau jum’at juga libur.

KELEDAI HILANG


Suatu hari hilanglah keledai Juha, lalu dia bersumpah apabila menemukan keledainya dia akan menjualnya dengan satu dinar. Maka ketika dia menemukan keledainya dia mengambil kucing dan mengikatnya dengan tali, lalu mengikatkan tali itu di leher keledainya. Kemudian dia membawa keledai dan kucingnya ke pasar dan berkata:”Siapa yang mau membeli keledai dengan satu dinar dan kucing dengan seratus dinar?”Dia menambahkan:” Tapi aku tidak menjual keduanya secara terpisah.”

PETANI ATAU RAJA

 
suatu hari Juha ditanya:”Siapa yang lebih hebat, Raja atau petani?” Lalu dia menjawab:”Petani lebih hebat, karena seandainya petani tidak menanam gandum, maka Raja akan mati kelaparan.”

JANGAN KAU PECAHKAN GUCI ITU


Suatu hari Juha memberikan kepada pembantunya guci supaya diisi air dari sungai, kemudian Juha menampar wajah pembantunya dengan keras, lalu dia berkata:”Hati-hati kamu, jangan sampai memesahkan guci itu.” Maka dikatakan kepada Juha:”Kenapa engkau menampar wajahnya padahal dia belum memecahkan guci itu?” Juha menjawab:”Aku ingin memperlihatkan kepadanya hukuman apabila memecahkannya, supaya dia berhati-hati terhadap guci itu.”

SEPATU DAN DURI


Suatu hari Juha melewati sebuah jalan lalu kakinya tertusuk duri dan itu menyakitkannya, ketika kembali kerumahnya dia mencabut durinya dan berkata:”Alhamdulillah.”Lalu istrinya bertanya:”Karena apa engkau mengucapkan Alhamdulillah?”Dia berkata:”Aku memuji Allah (mengucapkan Alhamdulillah) karena aku tadi tidak memakai sepatu baruku, kalau aku memakainya pasti sepatuku sobek karena duri itu.”